Pagi ini adalah pagi yang begitu indah dan cerah, serta
menyenangkan. Karena, hari ini adalah hari ulang tahun sahabat sejatiku, Rachel
Apollo Destiny. Mungkin namanya dikenal sangat asing ya! Tapi, itu memang
sahabat sejatiku dari Jakarta. Panggil saja dia Apollo atau Rachel. Tapi, kita
sering memanggilnya, Miss Apollo Middle. Karena, Miss adalah arti mbak atau bu,
sedangkan Apollo adalah namanya dan Middle adalah urutannya. Karena, dia anak
tengah. Oh, iya! Salam kenal ya! Namaku Tiffany!
Rachel
mempunyai banyak bakat. Yaitu menyanyi, menari, menggambar, menganalisa,
composer dan photografer. Wah! Pada hari ulang tahunnya, Rachel akan membawakan
3 buah lagu yang memakai bahasa Korea, Inggris, dan Indonesia. Ketiga lagu itu
buatannya sendiri. Aku tidak sabar untuk mendengar suara Rachel yang mirip
dengan suara bidadari yang jatuh dari surga untuk menyanyikan sebuah lagu yang
sangat indah. Tapi, biasanya, Rachel juga gagal menunjukkan lagu-lagunya dengan
alasan, teks lagunya belum siap atau selesai, suaranya serak, dan hal-hal yang
mustahil lainnya.
Waktu
itu datang juga. Ulang tahun Rachel dibuka dengan lagu Rachel yang mengisahkan
tentang anak yatim piatu yang sedang berulang tahun. Dan akhirnya bertemu
dengan anak kaya. Oh!! Aku mendengarkannya sampai aku meneteskan air mata.
Semua orang bertepuk tangan melihat penampilan Rachel.
Sekarang
waktunya bagi-bagi kue. Rachel pun diminta untuk memotong kuenya. Wah!
Ternyata, Rachel memberikan kue pertama untukku. Dan aku selalu berkata untuknya,
“Terima kasih, Rachel! Selamat ulang tahun ya!”, kataku.
Dan dia menjawab
dengan senyuman dan lesung pipinya yang sangat manis. Tapi entahlah, mengapa setelah Rachel memberikan kuenya
kepadaku, aku terasa kalau aku sangat merasa kalau aku sedang di khianati. Saat
itu, peristiwa itu terjadi juga ya. Ada mobil putih yang berkilau berhenti di
depan rumah Rachel. Dan turunlah seorang gadis cantik. Rachel pun mengetahui
hal itu. Tapi, entah kenapa setelah mengetahui hal itu, Rachel langsung merebut
kueku dan memberikannya kepada gadis itu. Oh, aku mendengar perkataan Lisa
teman Rachel yang sedang berbicara dengan Dinda, temannya.
“ Oh
Dinda!, itukan Raline gadis kaya yang tinggal di Jln. Kembang Melati”,kata
Lisa.
Berkat Lisa, aku jadi tahu siapa gadis itu. Raline Eleanor Quenta. Atau
biasa dijuluki REQ. Ketidak adilan ini sudah terungkap! Aku membuang topi ulang
tahunku. Dan segera pergi. Raline dan Rachel mengetahuinya. Rachel menahanku,
tapi aku melepaskannya dan membentaknya. Aku agak merasa bersalah. Tapi aku
menganggap tingkah laku Rachel tidak adil. Aku
langsung berkata sepuas-puasku untuk melegakan perasaanku,
”Hai Rachel! Selamat
ulang tahun ya! Tapi, aku merasa di khianati olehmu dan kedatangan temanmu
Raline Eleanor Queenta atau REQ. REQ! Bersenang-senanglah dengan pengkhianat
ini, bersenang-senanglah! Terima kasih atas rebutan kuenya”,kataku sambil pergi
dan kesal. Rachel menangis dan langsung masuk ke kamar.
Rachel
merenungkan kesalahannya. Dan apa yang telah ia lakukan pada sahabat sejatinya
sendiri.
“Ya Ampun! Apa yang telah aku lakukan pada Tiffany? Aku tidak tahu apa
yang terjadi tadi! Aku seperti di hipnotis. Dan aku merasa pilih kasih”, kata
Rachel sambil menangis.
Akhirnya, Rachelpun menelfon Tiffany. Tiffanypun
mengangkatnya.
“Tiffany! Maafkan aku! Aku sungguh menyesal! Menyesal sekali!
Aku tahu apa yang kau rasakan hingga sekarang. Kamu pasti merasa di khianati
olehku. Aku sungguh meminta maaf! Aku ingin kau kembali kesini untuk berbicara
denganku. Ingin sekali!”, kata Rachel.
Aku pun langsung mengatakan ya dan
menutupnya. Karena, aku belum sembuh dari rasa kesal dan kecewaku.
Aku
pun bersiap-siap. Tapi aku berniat untuk tidak berbicara apapun tentang
perasaanku tadi. Aku hanya berniat untuk menenangkan pikiran Rachel. Gara-gara
Raline, kami berdua mendapat masalah. Siapa sih Raline yang sebenarnya?
Pemberontak atau teman? Atau istilah lainnya? Aku tidak akan mengungkapkan
masalah ini di depan Rachel. Aku sudah terlalu lega.
“Rachel!”,
kata Raline.
“Pergilah Raline!”, kata Rachel. Raline mengeluarkan sebuah kado
dari tasnya.
“Selamat ulang tahun, Rachel! Aku pergi dulu”,kata Raline.
“Terima
kasih, Raline!”, kata Rachel.
“Rachel! Rachel!,”. kataku.
“Hah! Tiffany!,”.
kata Rachel.
“Tiffany?”, kata Raline. Rachel berlari menuruni tangga dan memelukku.
“Tiffany!”, kata Rachel. Aku pun tertawa.
“Rachel!”, kataku seperti ada udang
di balik batu.
Sebenarnya,
Rachel juga punya bakat membaca pikiran. Dan aku pun lupa. Aku ketahuan. Rachel
langsung memandang wajahnya dengan penuh keheranan.
“Tiffany! Katakan padaku
apa yang kau sembunyikan?”, tanya Rachel.
“Sembunyikan apa? Aku tidak
menyembunyikan apa-apa,”. Kataku sambil senyum kecut.
“Tidak, tidak! Katakan!”,
kata Rachel.
“Bukan! Aku, tidak menyembunyikan apapun,”. Kataku dengan gugup.
“Aku
membaca pikiranmu dari dalam sampai ke otakmu. Kau pasti menyembunyikan
sesuatu,”. Kata Rachel dengan sedikit teriakan.
“Tidak! Rachel! Aku, aku!
Ooohhh... ketahuan! Baiklah, aku lupa kalau kamu punya teknik kesadaran alam.
Oh!,”. kataku dengan sedikit kecewa.
“Apa yang sedang kamu rahasiakan dariku,
Tiffany?”, kata Rachel dengan pandangan mata yang kejam.
“Tidak ada! Pasti
hanya hal-hal tidak penting,”. Kataku.
“Bukan, bukan! Ini hal penting yang
pernah kau rasakan,”. Kata Rachel dengan serius.
Aku pun
lari meninggalkan Rachel. Aku tidak mau rahasiaku tentang Rachel aku buka.
Tapi, Rachel mengejarku. Aku segera membawa sepedaku keluar. Dan, mengayuhnya
lebih cepat. Tapi entah kenapa, Rachel menyusulku dengan membawa mobil. Aku pun
belok ke sebuah gang dan bersembunyi di balik tembok-tembok. Rachel tidak
mengetahuinya.
“Sial! Dimana Tiffany?,”. kata Rachel dengan perasaan kecewa.
Aku pun
merasa lega. Tapi, aku harus segera pergi dari kawasan itu sebelum maghrib
tiba. Karena aku akan mengadakan pesta Lolipop. Di rumahnya, Rachel terlihat
sangat galau.
“Tiffany merahasiakan apa sih? Kok tiba-tiba mataku jadi fokus ke
pikirannya? Berarti ini rahasia penting,”. Kata Rachel.
Di rumahku sendiri,
banyak teman yang berkunjung ke rumahku untuk menikmati secangkir teh dan lolipop.
Tapi, seharusnya Rachel kuundang. Tapi, karena ada 1 rahasia yang aku
sembunyikan dari Rachel, maka sengaja Rachel tidak kuundang. Karena, aku takut
dia marah lagu sama aku.
Ada 5
temanku yang termasuk sahabatku. Yaitu, Emma. Emma adalah temanku yang paling
pintar dari kita berenam. Karena, setiap dia sekolah. Dia menjadi siswa
terfavorit. Akan tetapi, di keluarkan dari sekolah karena lebih pintar daripada
gurunya sendiri. Lucky. Lucky adalah temanku yang paling ganteng dan berotot
dari kita berenam. Soalnya, setiap pulang dari kuliah, Lucky selalu berkunjung
ke Diamond Body. Tempat angkat barble terkenal di Jakarta dan tempat olahraga
juga tentunya. Beni. Beni adalah temanku yang satu-satunya memakai kacamata dan
kurus dari kita berenam. Dia suka biskuit, roti tawar, kue, susu, dan teh. Nasi
dan lainnya tidak suka. Hanya itu saja. Makanan itulah yang membuatnya kurus.
Tika. Tika adalah temanku yang paling serius dan tergalau dari kita berenam.
Sebenarnya, dia suka sama Lucky. Tapi, mereka nggak pernah jadian. Mereka hanya
suka ketemuan aja. Itulah yang membuat Tika galau. Dan terakhir, Eric. Temanku
ini adalah satu-satunya teman yang mempunyai cita-cita buat jadian sama aku.
Ah! Tapi belum terwujud juga, karena, Eric nggak pernah menyatakan cinta kepadaku.
Tapi, buat apa?
“Hai,
Tiffany! Kau sedang apa?”, tanya Eric.
“Eric!”, kataku dengan rasa malu.
Tiba-tiba datanglah Raisa, temanku yang sangat kaya.
“Hai Tiffany!”, sapa
Raisa. “Oh, hai Raisa! Sedang apa kau disini?”, tanyaku.
“Mungkin aku tidak
bisa menyatakan cinta kepada Tiffany,”. Kata Eric murung.
“Hai Eric!”, kata
Emma.
“Halo, Emma! Apa-sedang-kau-disini?”, tanya Eric.
“Eric! Kau gila! Kau
pun salah mengeja kata,”. Kata Emma dengan sedikit tawaan.
“Sudahlah, Emma!
Siap-tidak-hari-aku-ini,”. Kata Eric. “ Eric! Kau salah mengeja lagi!”, kata
Emma.
“Terima kasih atas perhatianmu, Emma. Bye beb!”, kata Eric.
“Beb?”, tanya
Emma.
Tiba-tiba,
Rachel datang menemuiku. Rachel pun tiba-tiba membentakku.
“Tiffany! Dasar kamu
ya! Kamu marahkan sama aku?”, tanya Rachel.
Semua teman-temanku berbisik-bisik.
Rachelpun berteriak.
“Hei! Kalian semua! Jangan sampai kalian mendekati
Tiffany. Atau kalian, akan bernasib seperti Tiffany juga,”. Kata Rachel.
“Hai,
nona! Apa nasib Tiffany? Huh?,” teriak Lucky.
“Emm... entahlah! Tapi akan
bernasib jelek seperti.. entahlah!”, kata Rachel.
“Berarti kau mengungkapkan
sesuatu yang tidak nyata!”, kata Eric. Semua teman-temanku tertawa. Rachelpun
pergi dengan kesal.
“Ayo
kita lanjutkan pestanya!”, kataku dengan riang gembira.
“Ayo!”, kata
teman-temanku.
Saat berada di perjalanan. Rachel mabuk karena di tertawakan
oleh teman-temanku. Saat itu memang jalanan sepi. Dan mobil Rachel berhadapan
dengan sebuah mobil ungu. Sangat disayangkan!! Ketika itu, mobil Rachel
menabrak mobil Ungu dan mobil Rachel terpental sejauh 4 meter. Dan, duorr!!
Meletuslah mobil Rachel. Sayangnya, Rachel pun tidak lagi hidup. Rachel sudah
mati dengan luka bakar dan tulang-tulangnya. Uh! Mengerikan! Aku dan
teman-temanku, mengucapkan selamat tinggal pada Rachel. Dan, hidup atau mati,
kita harus selalu bersama.
0 comments:
Post a Comment